Promosi kesehatan adalah proses peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan yang disertai dengan upaya memfasilitasi perubahan prilaku
dan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan atau
perubahan dalam individu, masyarakat dan lingkungan.
A.
BAYI
Bayi terletak antara rentang usia 0-12 bulan.
Bayi baru lahir merupakan masa kehidupan yang rentan dan berisiko tinggi untuk
mengalami berbagai komplikasi dan gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu diberikan promosi kesehatan yang terangkum dalam asuhan
kebidanan pada ibu, keluarga dan petugas kesehatan. Pada bayi promkes yang
diberikan berbeda tergantung dari usia bayi
tersebut karena promkes yang diberikan berbeda-beda.
Beberapa promosi kesehatan yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1.
Komposisi zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi misalnya memberikan ASI ekslusif pada bayi.
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa
dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan
ASI dengan baik dengan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian
ASI adalah :
a.
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang
mencukupi dari payudara ibunya
b.
Membantu ibu sedemikian rupa
sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Dan dapat memberikan dukungan dalam pemberian
ASI, dengan :
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama beberapa jam
pertama. Bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir sering disebut dengan IMD
(Inisiasi Menyusui Dini). Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan. Selain itu dapat membangkitkan hubungan atau ikatan
antara ibu dan bayinya. IMD ini dilakukan setelah bayi lahir selama 1 jam.
b) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting.
Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga
semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang
otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau
posisi ibu dalam menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
-
Posisi
berbaring miring, posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan
lelah atau nyeri.
-
Posisi duduk, pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk
dimaksudkan untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu dalam posisi
tegak lurus terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di
atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
-
Tidur telentang, seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi
menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada
di atas dada ibu diantara payudara ibu.
c)
Memberikan kolustrum dan ASI saja. ASI dan kolustrum merupakan makanan
yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan
kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan
prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
d)
Menghindari susu botol. Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat
membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik.
Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh
berbeda.
e)
Menempatkan
bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
-
Aspek fisik. Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah
bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian,
semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
-
Aspek
fisiologis. Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui.
Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang
ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI
akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan
bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan
sebagai KB alami.
-
Aspek psikologis. Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin
antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini
disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu
memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi
kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara
eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
-
Aspek edukatif. Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu
dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada
saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
-
Aspek
ekonomi. Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga,
tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu
penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
-
Aspek medis. Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik
atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera
menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak
wajar.
2.
Memberi informasi cara pencegahan kehilangan
panas pada bayi.
Cegah
terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
v
Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh
bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut
ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memeulai pernafasanya.
v
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih
dan hangat.
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memeotong tali pusat,
ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti
tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah
didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
Ganti handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau
kain yang ( hangat, bersih dan kering).
v
Selimuti kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat.
Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan luas dan bayi akan
dengan cepat kehilanagan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
v
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menusui bayinya segera setelah
lahir. Sebaiknya emberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama
kelahiran.
v
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah dan kehilangan panas
tubuhnya( terutama jika tidak berpakain), sebelu melakukan penimbangan,
terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
3.
Menunjang perkembangan kognitif dan
penglihatan bayi
Menunjang perkembangan kognitif bayi dapat di lihat dari
perkembangan bayi yang mulai bisa merangkak kemudian berdiri dan berjalan.
4.
Memberi informasi tentang tanda-tanda bahaya
pada bayi.
Tanda-tanda bahaya pada bayi dapat dilihat seperti : demam yang
tinggi pada bayi yang tidak turun-turun. Kemudian bayi menangis yang keras dan
tak berhenti-henti.
5.
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal
yang harus dilakukan pada bayi, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi adalah
sebagai berikut :
a)
Mencuci tangan sebelum dan
setelah kontak dengan bayi.
b)
Memastikan bahwa semua
pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, dalam keadaan
bersih.
c)
Menganjurkan ibu menjaga
kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari (putting tidak
boleh disabun).
d)
Membersihkan muka, pantat,
tali pusat dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
e)
Menjaga bayi dari
orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang-orang yang memegang
bayi sudah mencuci tangannya.
ANJURAN MAKAN UNTUK BAYI SEHAT MAUPUN SAKIT
1.
Umur 0 – 6 bulan
a.
Berikan Air Susu Ibu (
ASI ) sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang maupun
malam.
b.
Jangan diberikan
makanan atau minuman lain selain ASI.
2.
Umur 6 – 9 bulan
a.
Teruskan pemberian ASI.
b.
Mulai memberi makanan
pendamping ASI ( MP-ASI ) seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat halus, air
jeruk, air tomat saring.
c.
Secara bertahap sesuai
pertambahan umur berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/ayam/ ikan
/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak.
d.
Setiap hari berikan
makan sebagai berikut :
-
6 bulan : 2 x 6 sdm
peres
-
7 bulan : 2-3 x 7 sdm
peres
-
8 bulan : 3 x 8 sdm
peres
3.
Umur 9 – 12 bulan
a.
Teruskan pemberian ASI.
b.
Berikan makanan
pendamping ASI ( MP-ASI ) yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi
tim, nasi lembek.
c.
Tambahkan
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/santan/kacang hijau/minyak.
d.
Setiap hari ( pagi,
siang, malam ) diberikan makan sebagai berikut :
-
9 bulan : 3 x 9 sdm
peres
-
10 bulan : 3 x 10 sdm
peres
-
11 bulan : 3 x 11 sdm
peres
e.
Beri makanan selingan
2 kali sehari diantara waktu makan (
buah, biskuit, kue )
Jadwal
pemberian vaksin pada bayi :
Vaksin
|
Pemberian
Imunisasi
|
Selang Waktu
PemberianImunisasi
|
Umur
|
Keterangan
|
BCG
|
1x
|
-
|
0-11 bulan
|
Dosis pemberian :
a.
BCG 0,05 cc intrakutan di lengan
atas
b.
DPT 0,5 cc IM pada paha bagian
luar.
c.
Campak 0,5 cc SC pada lengan
kiri.
d.
HB 0,5 cc IM pada paha bagian
luar.
Vaksinasi campak diberikan
1x pada saat umur 9 bulan atau lebih.
|
DPT
|
3x(DPT I,II,dan III)
|
4 minggu
|
2-11 bulan
|
|
Polio
|
3x (polio I,II dan III)
|
4 minggu
|
2-11 bulan
|
|
Campak
|
1x
|
-
|
9-11 bulan
|
|
Hepatitis B
|
3x (HB I,II,dan III)
|
1-2= 4 minggu
2-3= 5 bulan
|
2-11 bulan
|
B. BALITA
Masa balita terletak antara rentang usia 2-3
tahun. Pada masa ini anak sedang belajar menengakkan kemandiriannya namun ia
belum dapat berfikir secara diskriminatif. Oleh karena itu masih sangat perlu
bimbingan yang kuat dari orang tuanya. Perkembangan anak balita sangat penting sebagai dasar untuk
perkembangan selanjutnya yaitu prasekolah,
sekolah, akil balik dan remaja. Untuk mendapatkan balita
dengan perkembangan yang baik dibutuhkan kesehatan dan gizi yang baik
dimulai pada saat ibu hamil, menyusui dan bayi. Selain itu, rangsangan atau
stimulasi yang cukup dari segi kualitas dan kuantitas. Pengaturan makan pada
anak perlu diperhatikan dan jangan banyak makan jajanan, tetapi yang perlu
ditambah adalah susu dan buah-buahan.
Promosi kesehatan yang dapat diberikan kepada
ibu yang mempunyai anak balita adalah:
1.
Menjelaskan
perkembangan balita kepada ibu
Perkembangan Balita
a.
Perkembangan Fisik. Di awal balita, pertambahan berat badan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.
b. Perkembangan Psikologi. Balita mulai belajar berinteraksi
dengan lingkungan sosial diluar keluarga, mulai memahami dirinya sebagai
individu yang memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai
merasa bebeda dengan orang lain dilingkungannya.
2. Menjelaskan kepada ibu apasaja kebutuhan dasar seorang anak, sehinga ibu
bisa melengkapi kebutuhan anaknya.
Kebutuhan Dasar Seorang Anak
a. ASUH ( Kebutuhan Biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan
dan sesudahnya kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman,
perawatan kesehatan dini berupa imunisasi, deteksi, dan intervensi dini akan
timbulnya penyakit.
b. ASIH ( Kebutuhan Emosional)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security)
dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan
kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian dan tanggung
jawab untuk kemandirian sangatlah penting diberikan. Tidak mengutamakan hukuman
dan kemarahan, tetapi lebuh banyak memberikan contoh-contoh penuh kasih sayang
adalah salah satunya
c.
ASAH ( Kebutuhan Akan Stimulasi Mental Dini)
Cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan, dan
pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama pada usia 4-5
tahun pertama (Golden Years) sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang
mantap, dengan kecerdasan, kemandirian, ketrampilan, produktivitas yang baik.
3. Memberitahu ibu bagaimana pembagian balita berdasarkan karakteristik,
sehingga ibu bisa mengerti kebutuhan dan sikap anak balitanya
Pembagian Balita
Balita di bagi
menjadi dua karakteristik yaitu : balita usia 1 tahun sampai usia 3 tahun
(Batita) dan balita usia 3 tahun sampai 5 tahun (pra sekolah).
a.
Karakteristik Batita
Anak usia 1-3 tahun merupakan kosumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak batita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada
anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah
porsi kecil dengan frekuensi sering.
b.
Karakteristik balita (Usia Prasekolah)
Anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya (Persagi, 1992). Perilaku makan sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologis,kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, keadaan
lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian
makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa,
suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang hal-hal yang mendorong terjadinya
gangguan gizi pada balita.
Beberapa Hal yang Mendorong Terjadinya Gangguan
Gizi
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan. Kejadian gangguan gizi tidak
hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada
keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu. Banyak bahan makanan yang
sesungguhnya bernilai gizi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka tidak baik terhadap
makanan itu.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu.
e. Jarak kelahiran yang terlalu cepat. Anak yang dibawah usia 2 tahun
masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun
perawatan kesehatan dan kasih sayang ,jika dalam masa 2 tahun itu ibu
sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi
berkurang.
f. Sosial Ekonomi. Keterbatasan penghasilan keluarga
turut menentukan mutu makanan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit Infeksi. Dapat menyebabkan anak tidak
merasa lapar dan tidak mau makan.Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Penyakit – penyakit umum yang memperburuk
keadaan gizi adalah diare, infeksi saluran pernapasan atas, tubercolosis,
campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan (Dr.Harsono, 1999).
5.
Mengajarkan
kepada ibu tentang upaya
mengatasi anak sulit makan, seperti:
a. Jika Faktor Organis, yang harus dilakukan dengan
mengobati penyakitnya melalui dokter.
b. Jika Faktor Psikologis
-
Makanan yang dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga
dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
-
Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orang tua harus sabar saat
memberi makan anak.
-
Upayakan suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu makan disesuaikan
dengan waktu makan keluarga.
c.
Jika Faktor Pengaturan Makanan
- Waktu makan diusahakan teratur dan diberikan pada
saat anak benar-benar lapar dan haus
- Makanan selingan dapat disajikan asalkan makanan
tersebut tidak membuatnya terlalu kenyang.
- Sebaiknya membeli makanan selingan didampingi oleh
orang tua sehingga anak bisa memilih makanan jajanan yang baik dari segi
kandungan gizi maupun kebersihannya.
- Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus
diatur disesuaikan dengan kebutuhan atau kecukupan gizinya sehingga anak tidak
menderita gizi kurang atau gizi lebih.
- Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus
disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
C.
REMAJA
Masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa disebut masa remaja. Menurut
WHO masa remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai usia 24 tahun. Di Indonesia
yang dimaksud masa remaja menurut
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 tahun sampai 19 tahun
dan belum kawin.
Perubahan
yang terjadi pada masa remaja adalah munculnya tanda-tanda kelamin sekunder
sampai kemampuan bereproduksi baik pada wanita maupun pria. Pola hidup yang salah
dapat menyebabkan gangguan pada masa remaja. Dengan pola hidup yang sehat
didapatkan remaja yang sehat jasmani dan rohani.
Promosi
kesehatan yang dapat diberikan kepada remaja adalah sebagai berikut :
1.
Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
2.
Penyuluhan mengenai perubahan sistem
reproduksi
Penyuluhan mengenai sistem reproduksi dapat
diberikan kepada remaja berupa perubahan yang terjadi terhadap sistem
reproduksinya. Sistem reproduksi remaja mengalami perubahan setelah remaja
tersebut pubertas, tanda pubertas pada remaja putra di awali dengan terjadinya
mimpi basah sedangkan pada perempuan timbulnya menstruasi. Perubahan yang
terjadi adalah :
TANDA-TANDA
SEKS SEKUNDER
A.
Pada laki-laki
1)
Rambut
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja
adalaha rambut kemaluan, terjadi sekitar 1 tahun setelah testis dan penis mulai
membesar. Ketika rambut kemlauan hampir selesai tumbuh maka menyusul rambut
ketiak dan rambut wajah, seperti halnya kumis dan jambang.
2)
Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, dan pori-pori
membesar.
3)
Kelenjer keringat dan kelenjer lemak
Kelenjer lemak dibawah kulit menjadi aktif.
Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat. Aktivitas
kelenjer keringat juga bertambah, terutama pada bagian ketiak.
4)
Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin membesar dan
kuat. Lebih lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak memberi bentuk pada
lengan, bahu dan tungkai kaki.
5)
Suara
Seirama dengan tumbuhnya ra,mbut pada
kemaluan,maka terjadi perubahan suara. Mual-mual agak serak kemudian volumenya
juga meningkat.
6)
Benjolan dada
Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul
benjolan kecil-kecil sekitar kelenjer susu. Setelah beberapa minggu besar dan
jumlahnya menurun.
B.
Pada wanita
1)
Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh
seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhna rambut kemaluan ini terjadi setelah
pinggula dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu padaa wajah mulai
tamapak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mmla-mula lurus dan
terang wajahnya., kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak kering.
2)
Pinggul
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat.
Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di
bawah kulit.
3)
Payudara
Seiring
pinggul membesar, maka payudara mulai membesar dan puting susu menonjol. Hal
ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya
kelenjer susu sehingga payudara lebih besar dan lebih kuat.
4)
Kulit
Seperi halnya laki-laki juga lebih kasar,
lebih tebal, dan pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit
pada wanita tetap lebih lembut.
5)
Kelenjer lemak dan kelenjer keringat
Kelenjer lemak dan kelenjer keringat menjadi
lebih aktif. Sumbatn kelenjer dapat menyebabkan jerawat. Kelenjer keringat dan
baunya menusuk sebeelum dan selama haid.
6)
Otot
Menjelang akhir puber, otot semakin mebesar
dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai.
7)
Suara
Suara berubah makin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita.
3.
Penyuluhan mengenai gangguan reproduksi dan
penyebab yang ditimbulkannya.
Penyuluhan mengenai
gangguan reproduksi dan penyebabnya dapat diberikan terutama pada
wanita,contohnya tentang gangguan haid dan keputihan yang sering terjadi dan
gangguan seperti gatal-gatal pada kemaluan.
Gangguan haid terjadi
seperti haid yang tidak teratur dan terdapatnya rasa nyeri saat awal haid. Rasa
nyeri yang terjadi saat mentruasi adalah hal yang normal karena terjadinya
pengikisan pada rahim wanita. Hal yang dapat dilakukan oleh seorang remaja
wanita yang mengalami nyeri haid dapat mengkonsumsi makanan yang bergizi serta
banyak makan makanan yang mengandung sayuran matah. Hal ini bisa mengurangi
nyeri haid tersebut.
Kemudian keputihan yang
terjadi pada wanita adalah hal yang normal selagi keputihan tersebut tidak
menimbulakn rasa sakit dan ketidaknyaman pada seorang remaja tersebut.
Gatal-gatal pada daerah
kemaluan juga sering terjadi pada remaja apalagi di saat akan tumbuhnya rambut
kemaluan juga terjadi karena adanya jamur kaibat kebersihan pada kemaluan yang
kurang.
4.
Penyuluhan Masalah yang sering terjadi pada masa
remaja dan cara menghindarinya.
a. Aborsi
Aborsi adalah
berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu,
yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri. Aborsi atau pengguguran
berbeda dengan keguguran. Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang
disengaja, yakni kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga
terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan yang berhenti karena
faktor – faktor alamiah atau disebut abortus spontan.
Aborsi merupakan semua
upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk menghentikan kehamilan, baik
dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti dokter, dukun bayi, dukun pijat
dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan cara meminum obat-obatan atau
ramuan tradisional. Namun tindakan aborsi tersebut mengandung risiko yang cukup
tinggi, apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standard profesi medis.
Aborsi seperti itu dapat menyebabkan infeksi
disertai dengan perdarahan bahkan kematian. Risiko tersebut akan lebih tinggi
bila terjadi pada usia remaja dan juga akan berdampak pada kesehatan
reproduksinya. Aborsi pada usia remaja terjadi antara lain karena kehamilan
diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Akibat dorongan yang
mendesak untuk mengakhiri kehamilan tersebut sejumlah remaja tanpa memikirkan
risiko yang ditimbulkan, memilih aborsi sebagai pilihan terakhirnya.
Dengan minimnya
informasi kesehatan reproduksi remaja, kerap terjadi penyalahgunaan fungsi
seksual. Hanya mengejar kenikmatan sesaat, tidak sedikit dari mereka berani
malakukan hubungan seksual. Tidak heran kini banyak permasalahan yang datang
menyertainya, termasuk semakin beragamnya penyakit menular seksual (PMS) dan
aborsi.
Oleh karena itu perlu
adanya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar di
kalangan remaja. Termasuk tentang seksualitas, organ reproduksi, kehamilan,
dsb. Dalam kasus ini juga diperlUkan adanya informasi yang benar di kalangan
remaja tentang aborsi.
Ada 2 macam risiko
kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
a) Risiko kesehatan fisik dan mental.
Gangguan mental yang akan terjadi pada wanita yang melakukan aborsi. Pada
dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut:
-
Kehilangan
harga diri (82%)
-
Berteriak-teriak
histeris (51 %)
-
Mimpi buruk
berkali-kali mengenai bayi (63%)
-
Ingin
melakukan bunuh diri (28%)
-
Mulai mencoba
menggunakan obat-obat terlarang (41%)
-
Tidak bisa
menikmati lagi hubungan seksual (59%)
b) Risiko gangguan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, adalah sebagai berikut :
-
Kematian mendadak
karena pendarahan hebat
-
Kematian
mendadak karena pembiusan yang gagal
-
Kematian
secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
-
Rahim yang
sobek (Uterine Perforation)Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
-
Kanker
payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
-
Kanker indung
telur (Ovarian Cancer)
-
Kanker leher
rahim (Cervical Cancer)
-
Kelainan pada
placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
-
Menjadi
mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
-
Infeksi rongga
panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang
seperti darah, cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit
karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke
orang lain melalui :
- Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
- Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu Narkoba)
- Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
- Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Lebih dari 80%
infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi
proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan
anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang
pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun
demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS
mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda
klinis penderita AIDS :
- Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
- Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata yang gatal
- Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat
menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular
HIV penyebab AIDS, yaitu :
- Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
- Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
- Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia memang terus
meningkat. Kalau bulan Desember 2003 disebutkan ada 2.720 kasus HIV dan 1.371
kasus AIDS atau total 4.091 kasus, maka sampai dengan Juni 2004 dilaporkan
total kasus HIV/AIDS sudah menjadi 4.389, terdiri dari 2.864 kasus HIV dan
1.525 AIDS.
Kasus HV/AIDS di kalangan remaja diperkirakan
sebagian besar terjadi dari proses berbagi jarum suntik di antara pengguna
obat-obatan terlarang, termasuk narkoba ataupun NAPZA. Dari 4.389 kasus
HIV/AIDS di Indonesia seperti disebut di atas, 1.392 kasus atau 31,7 persen
adalah kelompok usia 15-29 tahun, terdiri dari kelompok usia 15-19
sebanyak 176 kasus dan kelompok usia 20-29 tahun 1.225 kasus
- Melakukan segala bentuk hubungan seks penetratif dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom secara benar pada saat yang tepat;
- Berbagi jarum suntik atau benda tajam lain dengan orang yang terinfeksi HIV dalam penggunaan obat secara intravena;
- Menerima darah (melalui transfusi) dari orang yang terinfeksi;
- Menato atau menindik tubuh dengan menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus.
5. Saat terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu
5-10 tahun
untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS.
6. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan
virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya
sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode
jendela.
7. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena
dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak
mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja
seperti biasa.
8. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan
virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor
darah.
9. 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui
hubungan homoseksual)
10. 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika
suntik)
11. 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar
12. 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV
13. 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap
HIV
14. Rasa lelah berkepanjangan
15. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
16. Berat badan turun secara menyolok
17. Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
18. Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
19. Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat
malam tanpa sebab yang jelas
20. Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang lain.
5.
Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja.
Pembekalan dan pengetahuan remaja dapat dibrikan oleh tenaga kesehatan
terutama oleh seorang bidan. Pengetahuan yang dapat diberikan antara lain :
Proses
reproduksi yang bertangguang jawab
Manusia secara biologis
memepunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu menegendalikan naluri seksualnya dan
menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti olahraga dan
mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluatran yang berupa hubungan seksual
dilakuakan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan.
Pergaulan yang
sehat antara remaja laki-laki dan perempuan
Remaja memerlukan
informasi tersebut agar selalu waspada dan berprilaku reproduks yang sehat
dalam bergaul dengan lawan jenis. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan
tentang kiat-kiat untk mempertahankan diri secra fisik maupun psikis dan mental
dalam menghadapi godaan, seperti ajakan melakukan hubungan seksual dan
penggunaan napza.